FIFA Bisa Jatuhkan Sanksi, PSSI Diminta Tak Abaikan Fanatisme Suporter

0
FIFA Bisa Jatuhkan Sanksi

PSSI Diingatkan untuk Tangani Fanatisme Suporter demi Hindari Sanksi FIFA

FIFA telah menjatuhkan sanksi, dan PSSI harus segera mengambil sikap tegas.

Bolasport77 – FIFA Bisa Jatuhkan Sanksi, Pengamat sepak bola nasional, Muhamad Kusnaeni, meminta PSSI untuk segera mengambil langkah konkret dalam mengelola fanatisme suporter Timnas Indonesia. Permintaan ini muncul setelah FIFA menjatuhkan sanksi kepada PSSI akibat perilaku diskriminatif para suporter dalam laga Kualifikasi Piala Dunia 2026 melawan Bahrain yang berlangsung pada 25 Maret lalu.

Anggota Komite Eksekutif PSSI, Arya Sinulingga, menyampaikan bahwa federasi harus membayar denda hampir Rp400 juta. Selain itu, FIFA juga membatasi jumlah penonton yang dapat hadir dalam pertandingan Timnas melawan China pada 5 Juni mendatang.

“PSSI harus menutup sekitar 15 persen kapasitas stadion. Ini tentu jadi kerugian, baik secara finansial maupun semangat dukungan,” ujar Arya melalui rekaman suara yang diterima media.

Tindakan Diskriminatif Picu Sanksi

FIFA menilai bahwa terdapat unsur diskriminatif dan xenophobia—yakni kebencian terhadap budaya atau negara lain—dalam perilaku sebagian suporter selama laga tersebut. Hal ini memicu kekhawatiran internasional terhadap atmosfer pertandingan di Indonesia.

Menanggapi hal ini, Kusnaeni mengingatkan bahwa sanksi ini bukan sekadar hukuman, tetapi peringatan keras dari FIFA. Ia menegaskan bahwa PSSI tidak boleh meremehkan masalah ini.

“Jangan anggap remeh denda dan pengurangan jumlah penonton. Ini adalah konsekuensi serius atas tindakan suporter yang tak terkendali,” jelas Kusnaeni, seperti dikutip dari Bolasport77.

Fanatisme Suporter Perlu Pengelolaan Serius

Kusnaeni mengakui bahwa fanatisme suporter Indonesia telah menarik perhatian dunia. Namun, menurutnya, fanatisme yang tidak terarah secara positif dapat menghambat perkembangan sepak bola nasional.

“Banyak pencinta sepak bola dunia mengenal Indonesia karena fanatisme suporternya. Tapi ketika semangat itu berubah jadi tindakan berlebihan, reputasi kita bisa tercoreng,” tuturnya.

Di era digital, aksi saling serang dan provokasi di media sosial kian sering terjadi. Kusnaeni menilai, ini sebagai indikasi bahwa sebagian suporter belum memahami batasan dalam mengekspresikan dukungan.

Edukasi dan Komunikasi Jadi Solusi

Agar fanatisme tetap berada dalam jalur positif, Kusnaeni menyarankan edukasi yang berkelanjutan kepada suporter. Ia menyebut bahwa peran pemain dan figur publik sangat penting untuk menyampaikan pesan damai dan positif.

“Kampanye edukatif dari pemain atau tokoh publik akan lebih efektif menyentuh hati para pendukung,” sarannya.

Selain itu, Kusnaeni juga menyoroti munculnya generasi suporter baru yang belum terbiasa dengan budaya mendukung secara sehat. Oleh karena itu, PSSI harus aktif menjalin komunikasi dengan berbagai komunitas suporter untuk membangun hubungan yang harmonis.

“Dialog langsung dengan simpul-simpul pendukung sangat penting. Federasi harus memahami dinamika di lapangan, bukan hanya membuat kebijakan dari atas,” imbuhnya.

Suporter Fanatik: Aset yang Harus Dikelola

Pada akhirnya, Kusnaeni menegaskan bahwa suporter fanatik merupakan aset berharga bagi sepak bola nasional. Namun, tanpa pengelolaan yang tepat, fanatisme bisa berubah menjadi bumerang.

“Fanatisme adalah kekuatan besar, tapi harus dikelola dengan strategi yang matang. PSSI punya tanggung jawab merawat semangat itu agar tidak menjadi masalah,” pungkasnya.

Ikuti perkembangan berita sepak bola Indonesia dan internasional di @bolasport777 dan bolasport77.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *